Suatu Hari Nanti


Menghirup aroma khas setelah hujan begitu menenangkan dan menyenangkan menurutku. Seolah menjadi sihir untukku tetap berdiam menikmati setiap hirupan nafas.

Aku duduk di atas bangunan kecil rakitan bermaterial kayu dengan buku di pangkuan. Rambut yang kubiarkan terurai sedikit mengganggu penglihatanku, karena tersipu oleh hembusan angin. Laki-laki yang sedari tadi di sampingku terfokus pada gawainya tiba-tiba tersenyum dan menyibakkan rambutku ke belakang telinga.

Kututup buku yang kudaras sejak tadi, lalu kubalas senyum tipis dia dengan senyuman termanis yang kumiliki. Diikuti dia dengan memutar lagu berjudul Bertaut bervolume sedang pada gawai berwarna putih, sebelum akhirnya dia letakkan di atas nakas.

Dia mulai membuka percakapan setelah 3.600 detik berlalu. Menceritakan betapa bahagianya dia hari ini yang mendapat lotre dari atasan. Sampai dia menggerutu betapa kesalnya dia ketika korek apinya tak ditemukan setelah berkumpul dengan teman sekantor siang tadi.

Aku akan tetap menjadi pendengar setia dia, yang selalu terpaku disetiap aksara yang terucap dari bibir tipisnya. Mengagumi keindahannya, keperibadinnya, kehangatannya, dan kewibawaannya. Bisa dikatakan aku adalah pengagumnya, tapi tidak pengagum rahasia. Sebab, dia telah kumiliki.

Bayangan sore di pelataran belakang rumah bersama pasanganku suatu hari nanti, Sidoarjo, 09/04/21.

14:32

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata ini

Ambekan

Berlalu angan